Laman

Juni 22, 2009

Sejarah dan Perkembangan Ulumul Hadis (bagian 2)


(Studi Kitab Hadis)
Periode Februari 2009
Sumber: Ulumul Hadis, Dr. Nawir Yuslem, MA

Khabar
Khabar menurut bahasa berarti al-naba', yaitu berita. (Mahmud al-Thahan, Taisir, h.14).

Sedangkan pengertiannya menurut istilah, terdapat tiga pendapat, yaitu:

Pertama:
Khabar adalah sinonim dari Hadis, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW dari perkataan, perbuatan, taqrir, dan sifat.

Kedua:
Khabar berbeda dengan Hadis. Hadis adalah sesuatu yang datang dari Nabi SAW, sedangkan Khabar adalah berita dari selain Nabi SAW. Atas dasar pendapat ini, maka seorang ahli Hadis atau ahli Sunnah disebut dengan Muhaddits, sedangkan mereka yang berkecimpung dalam kegiatan sejarah dan sejenisnya disebut dengan Akhbari. (Ajjaj al-Khathib, Al-Sunnah Qabla al-Tadwin, h. 21)

Ketiga:
Khabar lebih umum daripada Hadis. Hadis adalah sesuatu yang datang dari Nabi SAW,sedangkan Khabar adalah sesuatu yang datang dari Nabi SAW atau dari selain Nabi (orang lain). (Mahmud al-Thahan, Taisir, h.14-15)

Atsar
Atsar secara etimologis berarti baqiyyat al-syay, yaitu sisa atau peninggalan sesuatu.
Sedangkan pengertiannya secara terminologis, terdapat dua pendapat, yaitu:

Pertama:
Atsar adalah sinonim dari Hadis, yaitu segala sesuatu yang berasal dari Nabi SAW.

Kedua:
Pendapat kedua menyatakan, Atsar adalah berbeda dengan Hadis. Atsar secara istilah menurut pendapat kedua ini adalah: Sesuatu yang disandarkan kepada sahabat dan Tabi'in', yang terdiri atas perkataan atau perbuatan. (Mahmud al-Thahan, Taisir, h.15)

Jumhur Ulama cenderung menggunakan istilah Khabar dan Atsar untuk segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW dan demikian juga kepada Sahabat dan Namun, para Fuqaha' Khurasan membedakannya dengan mengkhusaskan al-matuquf, yaitu berita yang disandarkan kepada Sahabat dengan sebutan Atsar ; dan al- marfu, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW dengan istilah Khabar. (‘Ajjaj al-Khathib, Al- Sunnah Qabla Tadwin, h.22)

Bentuk-bentuk Hadis
Berdasarkan pengertiannya secara terminologis, Hadis demikian juga Sunnah, dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: Hadis Qauli, Hadis Fi'li dan Hadis Tagriri.

Hadis Qauli
Hadis Qauli adalah:

Seluruh Hadis yang diucapkan Rasul SAW untuk berbagai tujuan dan dalam berbagai kesempatan. (Wahbah al-Zuhayli, Ushul al-Fiqh al-Islami, Beirut: Dar al-Fikr, 1406 H/1986M, juz 1, h.450)

Khusus bagi para Ulama Ushul Fiqh, adalah seluruh perkataan yang dapat dijadikan dalil untuk menetapkan hukum syara'. Contoh Hadis Qauli adalah, seperti sabda Rasul SAW mengenai status air laut. Beliau bersabda:

Dari Abu Hurairah r. a., dia berkata, bersabda Rasulullah SAW tentang laut, "Airnya adalah suci dan bangkainya adalah halal." (Muhammad ibn Ismail al-Kahlani, Subul al-Salam, Juz 1, Bandung:Dahlan, t.t., h.14-15)

Contoh lain adalah Hadis mengenai niat:
Dari 'Umar ibn al-Khaththab r.a., dia berkata, "Aku mendengar Rasul SAW bersabda, `Sesungguhnya seluruh amal itu ditentukan oleh niat, dan sesungguhnya setiap orang akan memperoleh sesuai dengan niatnya. Maka barangsiapa yang melakukan hijrah untuk kepentingan dunia yang akan diperolehnya, atau untuk mendapatkan wanita yang akan dinikahinya, maka ia akan memperoleh sebatas apa yang ia niatkan ketika berhijrah tersebut'.”
(Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 1, h.2)

Hadis Fi'li
Hadis Fi'li adalah:

Yaitu seluruh perbuatan yang dilaksanakan oleh Rasul SAW. (Wahbah al-Zuhayli, Ushul al-Fiqh al-Islami, juz 1, h.450) .

Perbuatan Rasul SAW tersebut adalah yang sifatnya dapat dijadikan contoh teladan, dalil untuk penetapan hukum syara', atau pelaksanaan suatu ibadah. Umpamanya, tata cara pelaksanaan ibadah shalat, haji, dan lainnya. Tentang cara pelaksanaan shalat, Rasul SAW bersabda:

... Dan shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat. (Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari, Shahih Bukhari. Juz 1, h.135)

Salah satu tata cara yang dicontohkan Nabi SAW dalam pelaksanaan shalat adalah, cara mengangkat tangan ketika bertakbir di dalam shalat, seperti yang diceritakan oleh 'Abd Allah ibn 'Umar sebagai berikut:

Dan 'Abd Allah ibn 'Umar, dia berkata, "Aku melihat Rasulullah SAW apabila dia berdiri melaksanakan shalat, dia mengangkat kedua tangannya hingga setentang kedua bahunya, dan hal tersebut dilakukan beliau ketika bertakbir hendak rukuk, dan beliau juga melakukan hal itu ketika bangkit dari rukuk seraya membaca, ‘Sami’ Allahu liman hamidah'. Beliau tidak melakukan hal itu (yaitu mengangkat kedua tangan) ketika akan sujud." (Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 1, h.180)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar