Laman

Desember 29, 2008

Makna Menginginkan Kematian

Kajian Qur'an :
Tema: Makna Menginginkan Kematian
Katakanlah: “Kalau kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginkanlah kematian (mu), jika kamu memang orang-orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah:94)

Ringkasan Universitas Islam Indonesia; 1995: 173-177
Dalam ayat-ayat Al-Qur'an Allah SWT, menerangkan secara berulang-ulang nikmat yang dilimpahkan kepada orang-orang Yahudi, baik berupa kenikmatan jasmani maupun ruhani, serta menyebutkan pula sikap mental mereka terhadap nikmat itu, yaitu mereka menyambutnya dengan sikap ingkar dan sombong, bahkan mereka menentang nikmat itu. Juga dalam ayat-ayat yang lain Allah SWT menyebutkan kebenaran seruan para Rasul dan kebenaran seruan Muhammad saw, yang membawa ajaran Tauhid, namun kebenaran itu disambut dengan sikap kefanatikan, yang menutup hati mereka untuk menerima kebenaran.


Maka dalam ayat-ayat selanjutnya Allah SWT menyebutkan bukan lagi sikap mental mereka, akan tetapi perbuatan-perbuatan jahat mereka, yang mempersekutukan Tuhan dengan menyembah anak sapi. Nabi Musa telah datang kepada kaum Yahudi dengan membawa ajaran Tauhid dan mukjizat seperti terbelahnya lautan, turunnya manna was salwa, dan mukjizat lainnya. Namun Yahudi mengingkarinya dengan menyembah anak sapi. Kemudian, perintah Tuhan “Katakanlah” (QS. Al-Baqarah:94) mengandung makna ejekan terhadap orang-orang Yahudi yang hidup di masa Nabi Muhammad saw. Ejekan itu ditujukan kepada mereka, karena mereka telah mengikuti jejak nenek moyang mereka dalam mempersekutukan Tuhan. Andaikata mereka masih mengaku betul-betul beriman kepada kitab Taurat, maka alangkah jeleknya iman yang mereka nyatakan, sebab mereka tidak melakukan apa yang diperintahkan, bahkan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari ketentuan- ketentuan Kitab Taurat itu, yaitu melakukan penyembahan terhadap anak sapi, dan membunuh para nabi serta merusak perjanjian.

Berdasarkan bukti nyata dari perbuatan yang mereka lakukan itu, sukar mempercayai adanya iman di lubuk hati mereka. Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar mengatakan kepada orang-orang Yahudi apabila memang benar perkataan dan dugaan mereka bahwa surga itu hanya untuk mereka saja, maka mintalah mati dengan segera. Kenyataannya mereka tidak menginginkan kematian tetapi malah sebaliknya, mereka mengejar dan berjuang terus untuk memperoleh kenikmatan dunia. Oleh karena itu, ucapan mereka tidak benar.

Allah SWT menjelaskan bahwa mereka sekali-kali tidak mengingini mati, karena mereka telah mengetahui kesalahan dan dosa yang telah mereka lakukan sendiri, dan mengetahui pula bahwa semestinya mereka akan mendapat hukuman berat lantaran dosa-dosa itu, seperti mengubah dan memalsu Kitab Taurat dan mengingkari kerasulan Muhammad saw, padahal dalam kitab Taurat disebutkan tentang kedatangan Nabi Muhammad saw. Orang Yahudi menginginkan kehidupan yang kekal di dunia. Orang Yahudi adalah orang yang paling loba/rakus di antara seluruh manusia, bahkan melebihi musyrikin. Karena orang musyrikin tidak percaya akan adanya hari berbangkit, maka kerakusan orang-orang musyrik terhadap dunia bukan hal yang aneh. Akan tetapi orang Yahudi yang percaya kepada Al-Kitab dan mengetahui adanya hari pembalasan, maka seharusnya ia tidak perlu terlalu loba terhadap kehidupan dunia ini.

Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid I (Muhammad NasibAr-Rifa’i;2007: 173-175)



Muhammad bin Ishak meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra., Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad saw., ”Katakanlah; ’Jika negeri akhirat itu hanya untukmu pada sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka dambakanlah kematian, jika kamu memang benar.’” Yakni, berdoalah supaya kematian menimpa salah satu kelompok (apakah kelompok Yahudi atau Islam) yang dusta. Mereka menolak seruan Rasulullah saw. ”Dan sekali-kali mereka tidak akan mendambakannya untuk selamanya lantaran apa yang telah mereka lakukan. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang yang zalim.” Maksudnya, Allah mengetahui pengetahuan mereka ikhwal akhirat dan kekafiran mereka terhadapnya. Seandainya mereka mendambakan kematian tatkala Nabi saw. menyerukannya, niscaya tidak akan tersisa seorang Yahudi pun di muka bumi melainkan dia mati.


Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw. bersabda: ”Seandainya kaum Yahudi mendambakan kematian, niscaya mereka akan mati dan mereka benar-benar akan melihat tempatnya di neraka. Seandainya orang-orang yang bermubahalah dengan Nabi saw. keluar, niscaya mereka akan kembali, tanpa akan menemukan keluarga dan hartanya karena musnah” (HR. Bukhari).


Hal ini senada dengan firman Allah Ta’ala, "Katakanlah, ’Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mengaku bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah, bukan orang lain, maka dambakanlah kematianmu, jika kamu memang benar." Mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim. Katakanlah, "Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al-Jumu’ah: 6-8).


Tatkala kaum Yahudi -semoga laknat Allah atas mereka- beranggapan bahwa diri mereka sebagai anak Allah dan kekasih-Nya serta mengatakan, ”Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani,” maka mereka diajak bermubahalah dan mendoakan buruk kepada salah satu kelompok yang berdusta, baik itu kelompok Muslim maupun Yahudi. Setelah mereka menolak ajakan itu, kelompok muslim yakin bahwa mereka zalim sebab jika kaum Yahudi merasa pasti dengan pengakuannya, niscaya mereka menjadi kelompok yang paling dahulu tampil melakukan mubahalah. Tatkala mereka tidak mau, maka diyakinilah kebohongan mereka. Kejadian itu sama dengan kejadian sewaktu Nabi saw. mengajak utusan kaum nasrani Najran untuk bermubalah, padahal hujah telah mengalahkan mereka dalam berdebat, kesombongan, dan keingkarannya. Maka Allah berfirman, ”Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datangnya ilmu (yang meyakini kamu), maka katakanlah (kapadanya), ’Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang yang berdusta.” (Ali-Imran: 61).


Setelah kaum Nasrani mendengar ajakan itu, maka sebagian orang berkata kepada yang lain, ”Demi Allah jika kamu bermubahalah dengan Nabi ini, niscaya kamu akan musnah dalam sekejap.” Oleh karena itu, mereka cenderung kepada perdamaian dan menyerahkan pajak dengan kepala dalam keadaan tertunduk. Demikianlah, sesungguhnya kaum Yahudi –semoga laknat Allah terus menerus menimpa mereka hingga hari kiamat- menolak bermubahalah karena bagi mereka kehidupan itu demikian mulia dan berharga dan karena mereka mengetahui tempat kembali mereka yang buruk, setelah mati. Oleh karena itu, Allah berfirman, ”Sekali-kali mereka tidak akan mendambakannya untuk selama-lamanya lantaran apa yang telah mereka lakukan. Dan Allah Maha Mengetahui kepada orang-orang yang zalim.”


”Sesungguhnya kamu akan mendapati mereka sebagai manusia yang paling ambisius terhadap kehidupan”, yakni terhadap panjang umur sebab mereka mengetahui bahwa tempat kembalinya itu buruk dan kesudahannya yang merugikan pada sisi Allah, sebab dunia itu merupakan penjaranya kaum mukmin dan surganya kaum kafir. Mereka mengangankan andaikan mereka dapat menghindari alam akhirat dengan segala cara. Namun, mereka tidak akan dapat menghindarinya. Akhirat pasti mereka alami. Kaum Yahudi lebih ambisius terhadap kehidupan dunia daripada kaum musyrik yang tidak memiliki kitab. Hal ini merupakan dan yang khusus ’athaf khash kepada kaum umum (’aam). Seseorang di antara mereka menginginkan kiranya diberi usia seribu tahun.


Menurut Mujahid, Dosa dijadikan hal yang mereka sukai sepanjang umur.” ”Hal itu tidak menjauhkannya dari azab, meskipun diberi umur panjang”. Yakni, hal itu tidak akan menyelamatkannya dari azab sebab orang musyrik tidak mengharapkan kebangkitan kembali setelah mati, dia menginginkan kehidupan dunia yang panjang.


Sesungguhnya kaum Yahudi mengetahui kehinaan yang akan mereka terima di akhirat karena mereka menyia-nyiakan pengetahuan. Menurut al-Aufi dari Ibnu Abbas, firman Allah, ”Hal itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab, meskipun umur mereka telah diperpanjang”, yaitu orang-orang yang memusuhi Jibril. Menurut Abul Aliyah dari Ibnu Umar, maksud ayat itu ialah tiada yang akan menolong dan membantu mereka dari azab. ”Allah Maha Mengetahui atas apa yang mereka kerjakan.” Yakni, Maha Mengetahui dan Maha melihat kebaikan dan keburukan yang dilakukan oleh hamba-hambaNya, dan setiap orang akan dibalas sesuai dengan amalnya.


Tafsir Ibnu Qayyim Tafsir Ayat-ayat Pilihan (Uwais An-Nadwy; 2004: 154-156)
Ada pernyataan yang sudah terkenal di kalangan manusia tentang ayat ini. Menurut mereka, bahwa ayat ini merupakan mukjizat bagi Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam untuk menolak orang-orang Yahudi, yang menyeru agar mereka menginginkan kematian.

Sementara beliau mengabarkan bahwa sebenarnya mereka tidak menginginkannya sama sekali. Ini termasuk salah satu dari tanda-tanda nubuwah beliau. Sebab tidak ada orang yang bisa mengetahui apa yang bersemayam di dalam hati kecuali ada pengabaran dari Dzat yang mengetahui hal ghaib.


Ada pula yang berpendapat, ketika orang Yahudi membual bahwa mereka mempunyai kampung akhirat di sisi Allah, yang khusus bagi mereka sendiri, bukan untuk orang lain, bahwa mereka adalah anak-anak Allah, orang-orang dicintai-Nya dan dimuliakan-Nya, maka Allah mendustakan bualan mereka, seraya berfirman, ”Jika memang kalian orang-orang yang benar, maka inginilah kematian, agar kalian masuk surga, tempat yang penuh kenikmatan.” Sebab seorang kekasih tentu ingin bertemu orang yang dicintainya. Kemudian Allah mengabarkan bahwa sebenarnya mereka sama sekali tidak menginginkan kematian itu, karena dosa dan kesalahan mereka yang bertumpuk-tumpuk, sehingga menjadi penghalang antara diri mereka dengan apa yang mereka katakan. Maka firman Allah, ”Dan, sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri).” (al- Baqarah: 95).


Ada pula yang berpendapat, di antaranya Muhammad bin Ishaq dan lain-lainnya, bahwa ini termasuk ayat mubahalah. Saat mereka ingkar, menolak petunjuk langsung di depan mata dan menyembunyikan kebenaran, maka beliau mengajak mereka melakukan sesuatu yang dapat menuntaskan masalah antara mereka dengan beliau. Caranya, mereka berdoa agar kematian ditimpakan kepada pihak yang berdusta dan yang membual. Tamanny di sini berarti memohon dan berdoa. Fatmannau al-mauta artinya mintalah kematian dan berdoalah agar kematian itu ditimpakan kepada orang yang berdusta dan batil.


Berdasarkan pengertian ini, yang dimaksud bukan menginginkan kematian bagi diri kalian sendiri seperti yang dikatakan dua golongan pertama. Tapi mintalah kematian dan inginlah ia bagi pihak yang batil. Hal ini lebih pas untuk menegakkan hujjah, merupakan penjelasan yang adil dan lebih bisa menghindari serangan balik dari mereka dengan berkata, ”Kalian juga harus menginginkan kematian itu kalau memang kalian benar dalam dakwaan kalian, bahwa kalian adalah para penghuni surga, untuk mendapatkan pahala Allah dan kemuliaan-Nya.” Sebab mereka adalah orang yang paling gencar untuk menentang kebenaran. Meskipun mereka memahami apa yang disebutkan itu, toh mereka tetap mengingkarinya.


Di samping itu, kita juga menyaksikan banyak di antara mereka yang benar-benar menginginkan kematian karena kemiskinan atau musibah yang menimpa serta kondisi hidupnya yang sulit. Dalam keadaan seperti ini mereka benar-benar mengharapkan kematian. Hal ini berbeda dengan harapan dan doa para pendusta, yang tidak akan dilakukan dan sama sekali tidak pernah terjadi pada masa kehidupan Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, karena mereka tahu persis kebenaran nubuwah beliau dan kekufuran mereka kepada beliau karena kedengkian dan kesesatan. Mereka tidak mengharapkan kematian karena mereka sadar bahwa mereka adalah pendusta. Pendapat ini dipilih oleh "kami" ( Ibnu Qayyim al Jauziyah). Namun, Allah-lah yang lebih tahu tentang apa yang disebutkan di dalam KitabNya.
Referensi Qur'an:
1. QS. Al Baqarah [2]: 95
Tetapi mereka tidak menginginkan kematian itu sama sekali, karena dosa-dosa yang telah dilakukan tangan- tangan mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang zalim.
2. QS. An Nisa [4]: 100
Dan barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
3. QS. Al Maidah [5]: 69
Sesunggguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Sabiin dan orang-orang Nasrani, barangsiapa beriman kepada Allah, kepada hari kemudian dan berbuat kebajikan, maka tidak ada rasa khawatir padanya dan mereka tidak bersedih hati.
4. QS. Al Ankabut [29]: 57
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.
5. QS. Al Jumuah [62]: 6-8
Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang Yahudi! Jika kamu mengira bahwa kamulah kekasih Allah, bukan orang-orang yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu orang-orang yang benar.” Dan mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim. Katakanlah, ”Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
6. QS. At Taghabun [64]: 9-10
(Ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan kamu pada hari berhimpun, itulah hari pengungkapan kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan kebajikan niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
7. Qs. Al Infitaar [82]: 18-19
Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? (Yaitu) pada hari (ketika) seseorang sama sekali tidak berdaya (menolong) orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Kami.
Referensi Hadist :

1. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud r.a., Rasulullah s.a.w bersabda: ”Siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu niscaya akan memasuki neraka.” Maka aku (perawi hadis) berkata: Aku dan orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, akan memasuki surga. ( Riwayat Bukhari dalam Kitab Jenazah hadis no. 1162, Tafsir Al Quran hadis no. 4137, Sumpah dan Nazar hadis no. 6189. Riwayat Muslim dalam Kitab Iman hadis no. 134. Riwayat Ahmad Ibnu Hambal dalam Kitab Juzuk 1 muka surat 382, 402, 407, 425, 462, 464.)
2. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w pernah bersabda: “Allah telah memusuhi orang-orang Yahudi yang telah menjadikan kubur nabi-nabi mereka sebagai masjid.” ( Riwayat Bukhari dalam Kitab Sembahyang hadis no. 418. Riwayat Muslim dalam Kitab Masjid dan Tempat Sembahyang hadis no. 824. Riwayat Nasaie dalam Kitab Jenazah hadis no. 2020. Riwayat Abu Daud dalam Kitab Jenazah hadis no. 2808. Riwayat Ahmad Ibnu Hambal Kitab Juzuk 2 muka surat 284. )
3. Diriwayatkan dari Abdullah bin Omar r.a., Sesungguhnya pernah suatu ketika dua orang Yahudi lelaki dan perempuan yang berzina dihadapkan kepada Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw berangkat menemui orang-orang Yahudi lalu bertanya: Apakah hukuman atas orang yang melakukan zina sebagaimana yang terkandung di dalam kitab Taurat? Mereka menjawab: Kami akan mencontengkan muka mereka dengan warna hitam, dan menaikkannya di atas kenderaan dalam keadaan beriringan, kemudian kami membawa mereka mengelilingi jalan. Selanjutnya Baginda berkata: Datangkanlah kitab Taurat itu kalau kamu berkata jujur. Kemudian mereka mengambil kitab Taurat dan membacanya. Ketika bacaan mereka sampai pada ayat rajam, tiba-tiba dia meletakkan tangannya di atas ayat tersebut dan dia hanya membaca ayat yang sebelum dan sesudahnya. Abdullah bin Salam yang turut bersama Rasulullah saw pada waktu itu berkata kepada beliau: Perintahkanlah dia supaya mengangkat tangannya. Pemuda tadi lalu mengangkat tangannya. Dan ternyata ayat yang ditutupinya itu ialah ayat rajam. Kemudian Rasulullah saw memerintahkan agar kedua orang yang berzina tadi dihukum rajam. Lalu hukuman itupun dilaksanakan. Abdullah bin Omar berkata lagi: Aku adalah termasuk yang ikut merajam mereka. Dan aku melihat lelaki tersebut berusaha mengelak dari rajaman batu itu. ( Riwayat Bukhari dalam Kitab Jenazah hadis no. 1243, Sifat-sifat terpuji hadis no. 3363, Tafsir al Quran hadis no. 4190, Hudud hadis no. 6320, 6336, Berpegang dengan AlQuran dan Sunnah hadis no. 6787, Tauhid hadis no. 6988. Riwayat Muslim dalam Kitab Hudud hadis no. 3211. Riwayat Tirmidzi Kitab Hudud 1356. Riwayat Abu Daud, Ibnu majah, Ahmad Ibnu Hambal, Malik, dan ad-Dharimi. )
4. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw telah bersabda: “Kita adalah orang-orang yang terakhir dan kita jugalah orang-orang yang mendahului umat manusia pada hari kiamat. Setiap umat dikurniakan kitab sebelum kita. Kemudian kita juga diberi kitab sesudah mereka. Oleh karena itu, inilah hari yang ditentukan oleh Allah untuk kita. Allah memberi petunjuk kepada kita pada hari tersebut. Umat-umat lain akan mengikuti kita pada hari itu, kaum Yahudi esok dan kaum Nasrani lusa. ( Riwayat Bukhari dalam Kitab Jumat hadis no. 847. Muslim dalam Kitab Jumat hadis no. 1412. Riwayat Nasaie dalam Kitab Jumat hadis no. 1350, 1351. Riwayat Ahnad Ibnu Hambal dalam Kitab Juzuk 2 muka surat 243, 249, 274, 312, 341, 473, 502, 504. )
5. Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Apabila seseorang dari kamu berada dalam keadaan tasyahhud, maka hendaklah dia memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara dengan berdoa: yang bermaksud: Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon perlindungan kepadaMu dari siksaan Neraka Jahannam, dari siksa Kubur, dari fitnah semasa hidup dan selepas mati serta dari kejahatan fitnah Dajjal. (Riwayat Bukhari dalam Kitab Jenazah hadis no.1288. Muslim dalam Kitab Masjid dan Tempat Sembahyang hadis no. 2405. Tirmidzi dalam Kitab Doa hadis no. 3528. Nasaie dalam Kitab Sujud Syahwi hadis no. 1293, Memohon Perlindungan hadis no. 5410, 5411, 5413, 5414, 5415, 5416,5418, dst. Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad Ibnu Hambal, ad-Darimi. )

8 komentar:

  1. Mengapa semangat untuk mati yang dikumandangkan, bukan semangat untuk hidup?
    Mengapa semangat untuk kabur dari berjuang untuk menghidupi keluarga yang dikumandangkan bukan semangat untuk bekerja memberi berkah kepada lingkungan sekitar kita?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kerana mati itu merangsang kita supaya tidak membazir setiap detik kita di dunia.supaya kita lebih menghargai masa yang kita ada sekarang. :) sesuangguhnya org yg bijaksana itu mengingati mati kerana itu membuatkan hati sentiasa hidup dan dunia bukannya di hatinya, :) wallahu 'alam..

      Hapus
    2. Orang yang mengingat kematian cenderung berbuat baik di dunia

      Hapus
  2. Mengapa semangat untuk mati yang didengungkan, bukan semangat untuk hidup?
    Mengapa didengungkan semangat untuk lepas dari tanggung jawab memberi hidup terhadap keluarga, bukan semangat untuk memberi yang baik untuk keluarga dan anak-anak kita?
    Adakah perkataan untuk tidak saling menyakiti , sehingga kita bisa menjadi berkah dan menjadi berkah bagi lingkungan kita?

    BalasHapus
  3. Mengapa dikumandangkan semangat untuk mati dan mematikan, bukan sengat berjuang untuk hidup dan menghidupkan?
    Mengapa dikumandangkan semangat untuk menghancurkan, bukan semangat untuk membangun?

    BalasHapus
  4. Itu tuh filosofi, kalo masik bingung berarti hati kita kurang bersih itu aja, inti tulisannya tuh pokoknya jangan serakah itu aja, menghidupi dan mencukupi keluarga itu memang tanggung jawab tapi kalo berlebih gimana? serba minta nya kurang melulu, udah dikasik E61 masik minta blackberry contohnya, kalo udah dapet blackberry terus gimana? masa mau pamer? ujung2nya minta yang lebih bagus lagi ato minta ganti lagi yang baru padahal yang lama lom rusak. itu tuh arti dari post di blog ini. kalau sudah dapat rezeki dan itu cukup ya syukuri trus amalin, tuh doank kok.
    kenapa harus takut mati? tuh aja pertanyaannya.bisa jawab gak?
    gak ada yang mau bunuh diri, yang ada cuma siap mati,siap kalo sewaktu-waktu ajal menjemput, makanya matinya orang yang siap mati tuh ikhlas biasanya senyum dan kayak tidur mimpi indah. kalo orang serba serakah dan kurang melulu takut dunia gak kecukupan biasanya matinya gak rela dan sekarat soalnya mau ditarik malaikat gak mau.
    Gitu aja pendapatku setelah melihat banyak orang mati.

    BalasHapus
  5. posting di atas di bicara mengenai makna menginginkan kematian dalam arti yang baik

    tentunya berbeda arti menginginkan kematian (sudut pandang mencintai dunia) dengan sudut pandang orang yg mencintai akhirat

    BalasHapus
  6. Dan Jadikanlah Kematian sebagai akhir dari segala keburukan Q

    BalasHapus