Laman

Juli 06, 2008

Return From Guantanamo


Book Apprehension
Return From Guantanamo
Penulis : Adil Kameel

“Melalui perang anti terror yang mereka (Amerika – red) hembuskan sejak akhir tahun 2001, pemerintah Amerika telah melakukan pembantaian massal terhadap jutaan kaum muslimin. Baik secara langsung seperti di Afghanistan dan Irak, atau secara tidak langsung melalui tekanannya kepada negara – negara dunia ketiga.” (Abu Bakar Baasyir)


Adil Kameel Abdullah, 41 tahun, asal kerajaan Bahrain (Arab). Beliau merupakan angkatan bersenjata Bahrain yang berangkat ke Afghanistan saat sedang cuti tahunan dan Mengakhiri perjalanannya di Camp X-Ray Gitmo. Kameel memutuskan untuk pergi ke Afgahnistan karena tergugah akan nasib umat muslim yang terus menerus di serang Amerika.

Ia menempuh jalur darat melalui Iran untuk mencapai Afghanistan. Sesampainya di Kabul, Afghanistan, terjadi perisitiwa yang tak terduga, Aliansi Utara banyak menawan setiap orang Arab sebagai balas dendam atas tewasnya pemimpin mereka Ahmad Syah Mas’ud. Aliansi Utara menyerahkan orang Arab yang mereka tangkap untuk diserahkan kepada Amerika guna ditukar dengan uang. Kameel pun memutuskan untuk keluar dari Kabul.

Dalam perjalanannya untuk keluar dari Afghanistan, ia banyak dibantu warga Afghanistan yang masih mempercayai orang Arab. Setelah perjalanan panjang, Kameel sampai pada perbatasan Pakistan, ia memiliki dua pilihan, yang pertama, menghampiri tentara Pakistan dengan memberitahukan bahwa ia Arab dan setelah itu ia akan pergi ke kedutaanya. Atau yang kedua, tetap bersembunyi, namun Kameel memutuskan untuk memilih opsi yang pertama dengan pertimbangan surat – surat yang lengkap yang ia miliki, dan ternyata tentara Pakistan pun menerima Kameel dengan baik.



Kameel diminta untuk menitipkan semua bawaannya mulai dari paspor, kartu tanda pengenal, SIM sampai uang pribadinya. Setelah itu tentara Pakistan berjanji akan menyerahkan Kameel kepada polisi yang kelak akan membawanya ke kedutaan. Keesokan harinya, Kameel dijemput dengan helikopter. Bukan untuk dibawa ke kedutaan, namun entah kemana. Ia di perlakukan dengan kasar, mata, tangan dan kaki diikat. Kameel beserta dua orang lainnya (asal Kuwait dan Arab) dimasukkan kedalam sel bawah tanah Peshwar yang sedikit, setelah 1 minggu disana, mereka dibawa ke Qandahar untuk diserahkan kepada tentara Amerika. Selama ± 3 minggu mereka berada di Kamp Qandahar dengan serangkaian siksaan, makanan sedikit, larangan tidur di malam hari, sengatan listrik, pukulan keras, dll.

Perjalananan pun tak berhenti sampai disitu, tujuan selanjutnya adalah Kamp X-Ray di Guantanamo. Di kamp yang tidak dilindungi oleh apapun dari salju, hujan dan matahari ini, terjadi penghinaan oleh tentara AS terhadap Al-Qur’an. Hal ini mengakibatkan timbulnya gertakan dari para tahanan dengan suara takbir dan pukulan di jeruji besi ruang sel juga aksi mogok makan.

Keadaan kamp yang seperti itu membuat salah seorang Jendral meminta para tahanan untuk tenang dan berjanji bahwa kejadian itu tidak akan terulang lagi. Setelah peristiwa itu mereka tidak menerima penghinaan lagi, padahal sebelumnya, mereka tidak boleh shalat berdiri, shalat Jahr, membaca Al-Qur’an dengan bersuara dan berbicara pada tahanan di sel sebelah. Bahkan, sekarang mereka bisa shalat berjamaah walau dari sel masing – masing.

Setelah 4 bulan, mereka dipindahkan ke kamp Delta yang lebih kokoh dan kuat. Kameel menghabiskan waktu 3 tahun 7 bulan sampai ia bebas dari kamp ini. Perlu diketahui bahwa tentara – tentara itu sebenarnya juga kaum buangan seperti para tahanan. Para tentara melakukan tekanan kepada tahanan sebagai acara untuk bersenang – senang, padahal sesungguhnya merekalah yang tertekan. Para tentara terus berharap untuk bisa lekas pulang ke kampung halaman mereka. Mereka (tentara-red) banyak yang berusaha untuk bunuh diri dan para dokter sibuk memberikan pil-pil penenang untuk para tentara yang depresi ini.

Empat tahun dijalani dengan penuh siksaan, akhirnya datang juga detik – detik kebebasan untuk Kameel. Dua pengacara dari salah satu kantor pengacara di Amerika dating mengunjunginya dan menawarkan untuk mewakili secara sukarela di depan pengadilan Amerika. Akhirnya pengadilan memenangkan Kameel di pengadilan tingkat I di Amerika. Perjalanan pulang pun tidak semulus yang ia duga. Sebelumnya, Kameel dibawa ke kamp lain dan bertemu dengan perwira yang akan membebaskannya dalam waktu dekat namun dengan syarat Kameel harus menandatangani sebuah kesepakatan dengan Departemen Pertahan Amerika tetapi ditolak oleh Kameel.

Ia pun sempat dibawa ke kamp ICCO dan mengalami perkelahian dengan tentara karena tidak mau diambil sidik mata, Kameel pun akhirnya sampai di bandara Bahrain setelah menempuh perjalanan yang melelahkan diatas pesawat dengan tangan kaki terikat dan mata, telinga serta mulut tertutup. Kameel turun dari pesawat tanpa ikatan apapun dan diturunkan oleh para perwira dengan kasih sayang dan rasa kemanusiaan. Begitulah kebiasaan Amerika, membohongi dan menipu dunia!

*Inilah beberapa cara untuk menyiksa para tahanan:
Pukulan, tendangan, cambukan, Penyiksaan dengan obat-obatan, listrik, alat pendingin, Api Gantungan , menggunakan tangga dan kursi & pelecehan seksual.

Dan bagaimana mereka bisa bertahan?
“Does Bush know what he has done? Let’s open our eyes widely and we will see a lot of tears in our people’s eyes. Make and feel the world without a crime and cry.”

Oleh :
Karina Annisa Tilova ( FH – UI)
Tri Sumanadi ( FTI – UBL)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar