Laman

Maret 13, 2009

Tumbang perlahan-lahan


Rapuhnya pohon sewaktu-waktu
dapat melukai para pengguna jalan
serta merusak fasilitas umum.
mereka tumbang perlahan-lahan...

Jakarta, ketika mendengar kata ini begitu banyak hal yang terlintas dibenak kita. Mulai dari kemacetan yang tak pernah bisa diselesaikan, polusi, begitu juga banjir yang kerap melanda di setiap tahunnya. Ibu kota yang selalu hiruk pikuk dengan segala macam masalah dan persoalan ini selalu menjadi pembicaraan yang tak ada habisnya. Begitulah kota ini seakan tak pernah tidur dari semua aktifitas penduduknya. Seakan kota ini sudah mulai kelelahan akan semua permasalahan yang menimpanya. Diatandai dengan mulai rapuhnya pepohonan yang berada di ruas jalan ibu kota.

Rapuhnya pohon yang sewaktu-waktu melukai pengguna jalan ini sudah masuk dalam catatan Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. Sekitar 40%-50% dari seluruh pohon di Jajarta merupakan pohon angsana yang rawan tumbang. Dari 70 pohon tumbang sejak awal tahun ini,27 diantaranya adalah pohon angsana.

Pohon angsana (Pterocarpus indicus) mulai ditanam di wilayah DKI saat almarhum Ali Sadikin menjabat gubernur pada era 1970-an. Penanaman itu dikehendaki Bang Ali agar Jakarta ijo royo-royo alias menjadi kota yang hikau. Beliau memilih angsana lantaran tanaman itu cepat bertumbuh dan tahan penyakit. Angsana juga ideal menyerap CO2 sekaligus mengeluarkan O2. Namun penanaman angsana pada waktu itu dilakukan dengan cara stek dan cangkok. Tindakan itu jelas sangat merugikan di kemudian hari, lantaran pohon yang tumbuh secara stek dan cangkok tidak kukuh mengingat akar-akarnya tidak mencengkeram tanah dengan kuat.

Menurut Iwan Ismaun selaku dosen arsitektur lanskap Universitas Trisakti, Jakarta, kebijakan Bang Ali pada kala itu termasuk kedalam ’sasaran antara’ (intermediate goals). Adapun angsana alias sonokembang, menurut Iwan, sejatinya sangat dianjurkan asal ditanam dari biji.”Pohon-pohon yang ditanam kala itu bertujuan menghijaukan Jakarta dengan cepat. Seharusnya langkah itu ditindaklanjuti dengan penanaman beragam pohon lainnya sedari biji,” ujar Iwan seperti dilansir dari Media Indonesia

Pohon-pohon itu, antara lain :

  1. Trembesi (Pithecolobium saman),
  2. Mahoni (Swiefenio macrophylia),
  3. Tanjung (Mimusops elengi),
  4. Keben (Baringtonia asiatica),
  5. Pepagan trengguli (Casia fistula),
  6. Pule (Apocynaceae alstonia),
  7. Asam (Tamarindus indica).
Kelemahan pohon angsana warisan 1970-an diamini Dwi Bintaro, Kepala Bidang Pertamanan pada Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta. Pohon-pohon jenis itu sebagian besar terdapat di wilayah Jakarta Selatan, seperti ruas Jalan Antasari dan Jalan TB Simatupang. Kemudian Kawasan Cipete, Kebayoran Baru, Tanah Kusir, Radio Dalam, dan Pondok Indah. Di Jakarta Timur, daerah rawan berada di sekitar Jalan I Gusti Ngurah Rai, Jalan Basuki Rahmat, dan kawasan Kelapa Gading. Hingga kini, Dwi memperkirakan sekitar 40%-45% dari seluruh pohon di DKI Jakarta berjenis angsana. Fakta itu diperparah banyaknya akar yang terpotong akibat pembangunan saluran air, penanaman kabel, konstruksi gedung, serta pembangunan trotoar. ”Pohon-pohon itu tidak ditopang oleh akar yang kuat. Bahkan, sejumlah pohon dikelilingi aspal. Padahal, hembusan angin dan hujan sangat kuat,” papar Dwi. Sebagai langkah antisipasi, Linda Mulyani selaku Kepala Bidang Jalur Hijau Kota, Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, mengaku pihaknya secara rutin melakoni penopingan atau pemangkasan ranting dan dahan-dahan pohon di badan jalan.

Kemungkinan bahaya itu mengintai dari sisi-sisi jalan. Pepohonan tersebut mempunyai potensi menimpa warga serta fasilitas umum. Salah satunya seperti yang dialami oleh Frans Willem saat mendengar bunyi benda jatuh di atas atap mobil Toyota Avanza yang dikendarainya, Kamis 5 Februari lalu. Kejadian itu terjadi saat ia melaju di depan gedung Menara Hijau di Jalan MT Haryono arah Cawang menuju BlokM. Pohon angsana berdiameter sekitar 70 sentimeter dan tinggi lebih dari 5 meter tersebut mengakibatkan atap mobil ringsek dan kaca belakang pecah. Peristiwa yang berlangsung di tengah hujan deras bukan hanya kali itu saja terjadi. Pada 14 Januari silam, sebatang pohon angsana menghantam mobil Nissan X-Trail di Jalan Koramil Pulo Gadung, Jakarta Timur, dilaporkan tidak ada korban jiwa.

Penyebab tumbangnya pepohonan itu ada dua faktor. Pertama karena faktor usia. Yang kedua adalah banyak pepohonan disalahgunakan sebagai alat kampanye dan iklan gratis. Spanduk atau brosur dipasangkan ke pohon menggunakan paku. ’Papan iklan hidup’ itu pun jadi berlubang dan rapuh. Akibat paku, pohon-pohon menjadi cepat membusuk karena perusakan mekanis. Itu diperparah dengan turunnya hujan yang mengguyur jakarta terus-menerus.

Pada musim penghujan seperti ini, pemantauan kondisi pohon dilakukan lebih intensif. Selain itu, Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta juga mengganti pohon tidak bisa main asal tebang. Kami mendapat kritik jika itu dilakukan,” ujar Linda. Karena alasan itu pula, penggantian pohon-pohon angsana di jalan Sudirman dan ruas jalan dekat TVRI dengan pohon trembesi. Kami juga telah menyulam sebagian pohon di Jalan Antasari,” kata Dwi. Entah kapan pohon-pohon angsana rapuh akan diganti seluruhnya.

Sumber:
Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta
www.mediaindonesia.com
www.wikipedia.or.id
February 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar