Laman

April 08, 2009

Agama Islam Bukanlah Agama yang Sempit (Sulit)

(Kajian Qur’an)
Periode Januari 2009



”Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar‐benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali‐kali tidak menjadikan untuk mu dalam agama suatu kesempitan. Ikutilah agama orang tuamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu orang‐orang muslim dari dahulu, dan dalam ini supaya rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan berpeganglah kamu kepada tali Allah. Dia adalah pelindungmu, maka Dialah sebaik‐baik Pelindung dan Penolong.” (QS. Al‐Hajj [22] : 78)
Quran’s Explanation References:

1. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3 (Muhammad NasibAr‐Rifa’i; 2007:401 :403)

Firman Allah Ta’ala, “ Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar‐benarnya” dengan harta, bahasa dan dirimu. Firman Allah Ta’ala “Dia telah memilih kamu.” Dia telah memilihmu atas umat‐umat yang lain. Dia telah mengunggulkan dan memuliakan dan mengkhususkan kepadamu kerasulan yang paling mulia dan syariat yang paling sempurna. Dan Dia sekali‐kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” Yakni, Dia tidak membebanimu dengan sesuatu yang tidak kamu sanggupi. Dia tidak mewajibkan kepadamu dengan sesuatu yang menyengsarakan kamu, namun Allah memberi kemudahan dan Jalan keluar.

Shalat yang merupakan rukun Islam yang paling utama setelah syahadat, dapat kamu lakukan secara sempurna, di jamak, di qhasar, dikerjakan sambil berjalan, sambil berkendaraan, dengan menghadap kiblat, dengan tidak menghadap kiblat, sambil berdiri, duduk dan berbaring, dan dilakukan dengan keringanan dan kemudahan lainnya dalam menjalankan berbagai kewajiban dan ketetapannya. Karena itu, Nabi saw. Bersabda : “ Aku diutus membawa agama yang hanif dan toleran."

Beliau juga bersabda kepada Mu’adz dan Abu Musa takala mengutus keduanya ke Yaman : “Gembirakanlah dan jangan ditakut‐takuti. Mudahkanlah dan jangan dipersulit. Karena itu, sehubungan dengan firman Allah Ta’ala : " Dan Dia sekali‐kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan,” Ibnu Abbas menafsirkan haraj dengan kesempitan. Firman Allah Ta’ala, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, yaitu agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus.”( al‐An’aam : 161).

Firman Allah Ta’ala, “Dia telah menamai kamu sekalian orang‐orang muslim dari dahulu.” Yakni, Allah Azza wa Jalla telah menamaimu kaum muslim sejak dahulu seperti termaktub dalam kitab‐kitab terdahulu, “dan dalam ini”, yakni dalam Al‐Quran. An‐Nasai meriwayatkan dari Al‐Harist al‐Asy’ari, dari Rasulullah saw, beliau bersabda : “Barang siapa menyeru dengan seruan jahiliah, maka dia termasuk suluh Jahanam. ‘Seorang sahabat berkata, ‘Y Rasulullah, walaupun dia puasa dan shalat?’ Beliau bersabda, ‘ Walaupun dia puasa dan shalat. Maka panggilah dengan sebutan dari Allah, yaitu dia telah menamaimu dengan muslimin, mukminin, hamba Allah.”

Firman Allah Ta’ala, “ Supaya rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.” Sesungguhnya Allah menjadikan kamu sebagai umat pilihan, adil dan terpilih, dan dikenal oleh seluruh umat karena keadilanmu agar pada hari kiamat kamu “menjadi saksi atas segenap manusia”, karena pada saat itu, seluruh umat mengakui keterpandangan dan keutamaan seluruh umat Muhammad atas umat‐umat yang lain. Firman Allah Ta’ala, “ Maka dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.” Yakni balaslah nikmat yang besar ini dengan mensyukurinya, lalu laksanakanlah kewajibanmu yang menjadi hak Allah dengan menjalankan segala hal yang telah diwajibkan kepadamu. Diantara kewajiban yang penting adalah shalat dan zakat.

Firman Allah, “ dan berpeganglah kamu kepada tali Allah,” yakni mintalah pertolongan dan bantuan serta bersandarlah kepada‐Nya. “ Dia adalah pelindungmu,” Pemeliharamu dan Penolongmu atas musuh‐musuhmu. “Maka Dialah sebaik‐baik Pelindung dan Penolong.” Yakni, Allah adalah sebaik‐baik Pelindung dan penolong dari musuh.

2. Al‐Quran dan Tafsirnya (UII; 1995:)

Tafsir:

Ayat‐ayat ini merupakan ayat‐ayat terakhir dan penutup surat Al‐Hajj. Pada permulaan surat ini Allah SWT memerintahkan manusia agar bertakwa kepada‐Nya. Karena goncangan kiamat amat dahsyat. Hanya orang‐orang yang bertakwa sajalah yang sabar dan tabah menghadapinya. Perintah bertakwa dan berita hari kiamat merupakan peringatan Allah dan ancaman‐Nya yang keras kepada manusia, agar mereka mempersiapkan diri menghadapinya dengan mengerjakan semua perbuatan yang dapat melepaskan diri dari padanya. Kemudian Allah SWT menerangkan tanda‐tanda kekuasaan dan kebesaran‐Nya, tentang kenabian dan kerasulan, serta menerangkan semua agama yang disampaikan Rasul itu.
Pada ayat‐ayat ini Allah memerintahkan agar kaum Muslimin benar‐benar beribadat kepada Allah, berbuat baik, berjihad menegakkan agamanya dan memerangi hawa nafsu. Perbuatan‐perbuatan ini dapat melepaskan manusia dari kegoncangan yang dahsyat pada hari kiamat itu.
(Al- Hajj :77) Pada ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada orang‐orang yang beriman agar:

  1. Mengerjakan salat pada waktu‐waktu yang telah ditentukan, lengkap dengan syarat‐syarat rukun‐rukunnya. Pada ayat ini salat disebut dengan “Ruku” & “Sujud”, karena ruku’ dan sujud itu merupakan ciri khas dari salat dan termasuk dari rukun‐rukunnya.
  2. Menghambakan diri dan bertaubat kepada Tuhan, beribadat kepada Tuhan, adalah merupakan perwujudan dari isi hati sanubari yang telah merasakan kebesaran, kekuasaaan dan keagungan Allah, karena dirinya sangat tergantung kepadanya, dan hanya Dialah yang menciptakan, memelihara kelangsungan hidup dan mengatur seluruh makhluk‐Nya. Beribadat kepada Tuhan ada yang dilakukan secara langsung, seperti salat, puasa bulan Ramadan, menunaikan zakat dan menunaikan Ibadah haji. Ada pula ibadat yang dilakukan tidak secara langsung, seperti berbuat baik kepada sesama manusia, tolong menolong, mengolah alam yang diciptakan Allah untuk kepentingan manusia.
  3. Mengerjakan perbuatan‐perbuatan yang baik, seperti memperkuat hubungan silaturrahmi, berbudi pekerti baik, hormat menghormati, kasih‐mengasihi sesama manusia.
Jika manusia mengerjakan tiga macam perintah di atas, maka mereka akan berhasil dalam kehidupan memperoleh kebahagiaan ketentraman hidup, dan di akhirat nanti mereka akan memperoleh surga yang penuh kenikmatan.
(Al-Hajj:78) Di samping perintah‐perintah di atas, Allah SWT juga memerintahkan kepada orang‐orang yang beriman agar berjihad di jalan Allah dan janganlah kaum Muslimin merasa khawatir dan takut kepada siapapun selain Allah dalam berjihad itu.
Ada empat macam jihad di jalan Allah, yaitu:

1. Jihad dalam arti mempertahankan diri dari serangan musuh.
2. Jihad dalam arti menegakkan agama Allah dan untuk meninggikannya.
3. Jihad dengan arti berusaha melepaskan diri dari godaan setan.
4. Jihad dengan arti memerangi hawa nafsu.
Sekalipun perang itu dibenci oleh kaum Muslimin, tetapi karena untuk mempertahankan diri dan menegakkan agama Allah, maka peperangan itu dibolehkan dan kaum Muslimin melakukan perbuatan‐perbuatan melampaui batas dalam peperangan. Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah SWT telah memilih umat Muhammad untuk melakukan jihad itu. Pemilihan itu adalah karena agama yang dibawa Muhammmad adalah agama yang telah disempurnakan Allah, yang di dalamnya terdapat ketentuan‐ketentuan tentang jihad. Hal ini merupakan perhormatan Allah SWT kepada Nabi Muhammad beserta umatnya.

Allah SWT menerangkan bahwa agama telah diturunkan‐Nya kepada Muhammad itu bukanlah agama yang sempit dan sulit, tetapi adalah agama yang lapang dan tidak sempit dan sulit, tetapi adalah agama yang lapang dan tidak menimbulkan kesulitan kepada hamba yang melakukannya. Semua perintah‐peringah dan larangan‐larangan yang terdapat dalam agama Islam itu tujuannya adalah untuk melapangkan dan memudahkan hidup manusia, agar mereka hidup berbahagia di dunia dan di akhirat nanti. Hawa saja hawa nafsu manusialah yang mempengaruhi dan menimbulkan dalam pikiran mereka bahwa perintah‐perintah dan larangan‐larangan Allah itu terasa berat dikerjakan.

Rasulullah SAW mengatakan bahwa agama Islam itu mudah, orang‐orang yang memberat‐beratkan beban dalam agama akan dikalahkan oleh agama sendiri, sebagaimana tersebut dalam hadis: Rasulullah SAW pernah memberikan suatu peringatan yang keras kepada suatu golongan yang memberatkan beban dalam agama, sebagaimana tersebut dalam hadis:

Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau pernah bersabda: “Sesungguhnya agama itu mudah dan sekali-kali tidak akan ada seorangpun memberatkan agama, kecuali agama itu akan mengalahkannya. Karena itu bekerjalah kamu dengan betul, sederhanakanlah, bergembiralah, dan jadikanlah berkarya di pagi dan di petang hari serta bepergian sebagai penolongmu” (HR Bukhari).

Dari Aisyah ra, ia berkata, “Rasulullah saw pernah membuat sesuatu, maka beliau meringankannya, lalu sampailah hal yang demikian kepada beberapa orang sahabat beliau. Seolah-olah mereka tidak menyukainya. Maka sampaikanlah persoalan itu pada beliau, lalu beliau berdiri berpidato dan berkata: Apakah gerangan keadaan orang-orang yang telah sampai kepada mereka tentang sesuatu perbuatan yang akan meringankannya, lalu mereka tidak menyukainya? Demi Allah (kata Rasulullah): Sesungguhnya aku orang yang paling tahu di antara mereka tentang Allah dan orang yang paling takut di antara mereka kepadaNya. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari riwayat bahwa beberapa orang sahabat Rasul ingin menandingi ibadah beliau, sehingga ada yang berkata:"Aku akan puasa setiap hari". Dan yang lain lagi berkata:"Aku tidak akan mengawini wanita" Maka sampailah hal yang demikian kepada Rasulullah, lalu beliau bersada:
Apakah gerangan keadaannya orang yang telah mengharamkan wanita? Makan dan tidur? Ketahuilah, sesungguhnya aku shalat dan tidur, berpuasa dan berbuka serta menikahi wanita-wanita. Barangsiapa yang benci kepada sunnnahku, maka ia bukanlah termasuk ummatku (HR. An Nasâ’i)

Dengan keterangan hadis‐hadis di atas nyatalah bahwa agama Islam adalah agama yang lapang, meringankan beban, tidak picik dan tidak mempersulit. Seandainya ada praktek dan amal‐amal agama Islam itu memberatkan, picik dan sempit, maka hal itu bukanlah berasal dari agama Islam, tetapi tidak mengetahui hakikat Islam itu.

Dalam kehidupan sehari‐hari terlihat masih banyak kaum Muslimin yang belum memahami dengan baik tujuan agar manusia terhindar dari perbuatan keji dan mungkar, tetapi sebagian kaum Muslimin merasa berat mengerjakan salat lima waktu itu, bahkan ada diantara mereka yang mengatakan bahwa salat itu mengganggu waktu berharga bagi mereka. Demikian pula tentang ibadat‐ibadat lainnya.

Kemudian Allah SWT menerangkan bahwa agama yang dibawa Muhammad itu adalah sesuai dengan Ibrahim, nenek moyang bangsa Arab dan kedua agama itu sama‐sama bersendikan ketauhidan. Seakan‐akan Allah SWT memperingatkan kepada bangsa Arab waktu itu: "Hai bangsa Arab, kamu mengaku memeluk agama yang dibawa nenek moyangmu Ibrahim, karena itu ikutlah agama yang dibawa Muhammad, agama yang seasas dengan agama yang dibawa Ibrahim, agama tersebut yang berasas tauhid, tidak ada kesempitan dan kepicikan di dalamnya. Dan Allah SWT menamakan orang‐orang yang memeluk agama tauhid dengan "muslim".

Dalam ayat ini disebutkan bahwa Rasulullah SAW menjadi saksi di hari kiamat atas umatnya. Maksudnya ialah dia bersaksi bahwa ia telah menyampaikan risalah Allah kepada mereka, menyeru agar beriman kepada Allah dan agar mereka tetap berpegang teguh kepada agama Allah, serta beribadat kepada Allah dan melaksanakan perintah‐perintah‐Nya dan menghentikan larangan‐larangan‐Nya. Sedangkan kaum Muslimin menjadi saksi atas manusia di hari kiamat Rasul atas mereka, yaitu mereka melakukan seperti yang telah beriman, menyampaikan agama Allah, melakukan tugas yang dibebani Allah dan Rasul kepada mereka dengan sebaik‐baiknya. Apabila menerima atau menolak seruan mereka itu, maka yang demikian mereka serahkan kepada Allah.

Sebagian Ahli tafsir menafsirkan ayat ini, kaum Muslimin menjadi saksi atas manusia ialah termasuk di dalam persaksian mereka atas umat‐umat yang terdahulu, yang telah diutus Allah Rasul‐Rasul kepada mereka. Mereka mengetahui hal itu dari Allah melalui Al‐Qur'an yang menerangkan bahwa Rasul dahulu telah menyampaikan agama yang berasaskan tauhid kepada mereka.

Agar semua perintah Allah yang disebutkan itu dapat dilaksanakan dengan baik, dan agar umat Muhammad yang ditugaskan menjadi saksi terhadap manusia pada hari Kiamat dapat melakukan persaksian itu dengan sebaik‐baiknya, maka Allah memerintahkan kepada mereka:


  1. Selalu melaksanakan salat yang lima waktu, karena salat menjauhkan manusia dari perbuatan keji dan mungkar dan merupakan penghubung yang kuat antara Tuhan yang disembah dengan hamba‐Nya.
  2. Menunaikan zakat, agar dapat membersihkan jiwa dan harta, agar menghilangkan jurang yang terdapat antara si kaya dan si miskin.
  3. Berpegang teguh dengan tali Allah dengan melaksanakan perintah‐perintahnya dan menghentikan segala larangan‐Nya.
Kesimpulan:

  1. Allah SWT memerintahkan agar kaum Muslimin, mengerjakan salat menyembah Allah dan mengerjakan perbuatan yang baik agar mereka berhasil dalam segala usaha‐nya.
  2. Allah SWT memerintahkan agar kaum Muslimin melakukan jihad dengan sungguh‐sungguh.
  3. Agama Islam itu seasas dengan agama Nabi Ibrahim, tidak ada kesempitan dan kepicikan kepadanya, tujuannya ialah untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
  4. Orang‐orang yang mengaku beragama Islam disebut "Muslimin"
  5. Nabi Muhammad SAW adalah saksi terhadap umatnya di akhirat nanti, sedangkan umatnya menjadi saksi untuk semua manusia.
  6. Allah memerintahkan lagi agar kaum Muslimin tetap mendirikan salat menunaikan zakat dan berpegang teguh dengan agama Allah.
Hadits References:
  1. Diriwayatkan dari Umar bin al‐Khattab r.a . Beliau berkata: Aku mendengar Hisyam bin Hakim bin Hizam membaca surah al‐Furqan tidak sama dengan bacaanku yang diajarkan oleh Rasulullah s.a.w kepadaku. Hampir‐hampir aku mencela beliau ketika masih dalam pembacaannya. Namun aku masih dapat menahan kemarahanku ketika itu. Setelah selesai aku mendekati Hisyam lalu ku pegang kain sorbannya. Kemudian aku mengajaknya menghadap Rasulullah s.a.w. Aku berkata kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah! Sesungguhnya tadi aku mendengar orang ini membaca surat al‐Furqan tidak sebagaimana yang kamu bacakan kepadaku. Rasulullah s.a.w bersabda: Suruhlah dia membacanya sekali lagi. Hisyam pun memenuhi permintaan Rasulullah s.a.w tersebut. Dia membaca sebagaimana sebelumnya. Lalu Rasulullah s.a.w bersabda: Memang demikianlah surah itu diturunkan. Kemudian baginda menyuruhku pula: Bacalah! Aku pun membacanya. Baginda pun bersabda: Demikianlah surah itu diturunkan. Sesungguhnya al‐Quran itu diturunkan dengan tujuh huruf (kaedah bacaan) maka kamu bacalah yang mudah bagimu." ( Riwayat Bukhari dalam Kitab Permusuhan Hadis no.2241. Kelebihan Al-Qur'an hadis no.4608. Riwayat Muslim dalam Kitab Sembahyang Orang Musafir dan Menqhasarnya hadis no.13554. Riwayat Nasaie dalam Kitab Permulaan Sembahyang hadis no.927, 928, 929. Riwayat Abu Daud dalam KitabSembahyang hadis no. 1261. Riwayat Ahmad Ibnu Hambal Kitab Juzuk 1 muka surat 24,20, 42. Riwayat Malik dalam Kitab Sembahyang Orang Musafir hadis no 423.)
  2. Diriwayatkan dari Abi Masʹud r.a. Beliau mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Ada seorang lelaki dari umat sebelum kamu, diperhitungkan amalannya, maka tidak ada satu pun kebaikan melainkan beliau banyak memberi hutang kepada orang ramai karena beliau adalah seorang yang kaya. Beliau menyuruh para pembantunya agar memberi kemudahan terhadap orang yang dalam kesukaran. Maka Allah s.w.t berfirman: Kami lebih berhak berbuat begitu daripada beliau. Berilah kemudahan kepada beliau. ( Riwayat Bukhari dalam Kitab Meminta Berhutang dan Membayar Hutang hadis no.2216. Riwayat Muslim dalam Kitab Masaqat hadis no.2921. Riwayat Tirmizi dalam Kitab Jual Beli Hadis no.1228, Ilmu hadis no. 2595, Riwayat Ibnu Majah dalam Kitab Sedekah hadis no.2411.Riwayat Ahmad Ibnu Hambal dalam Kitab Juzuk muka surat 118 dan 120.)
  3. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Suatu ketika dahulu ada seorang lelaki yang pernah memberi hutang kepada orang ramai. Beliau berkata kepada pembantunya: Apabila kamu menagih hutang daripada orang yang dalam kesulitan, berilah kelonggaran kepadanya, semoga Allah memberi kemudahan pula kepada kita. Kemudian beliau menemui Allah, maka Allah memberi kemudahan kepadanya. (Riwayat Bukhari dalam Kitab Jual Beli hadis no.1936. Cerita-Cerita Para Nabi hadis o.3221. Riwayat Muslim dalam Kitab Masqat hadis no. 2992. Riwayat Nasaie dalam Kitab Jual Beli hadis no.4615 dan 4616. Riwayat Ahmad Ibnu Hambal dalam Kitab Juzuk 2 muka surat 263, 322, 339, dan 361.)
Redaction Team:
1. Inadia Y
2. Wida K


6 komentar:

  1. yang trkadang membuat saya miris adalah dikala ada orang Islam yang memahami sesuatu secara parsial dan mengatakannya kepada publik tentang Islam yang dia anggap salah tersebut, padahal dia sendiri yang belum paham ISlam

    BalasHapus
  2. Wew..
    Gampang ato sulit..
    Itu tergantung niatnya.. ;)

    BalasHapus
  3. semoga kita semua termasuk dalam golongan yang istiqamah dalam menjalankan jatidiri muslim yang sebenarbenarnya...

    BalasHapus
  4. pengajian yang tertunda..ikut pengajian ah.. :D

    BalasHapus
  5. ga pernah sulit kalau ikhlas

    BalasHapus